Rabu, 29 September 2010

Just my IDOL "DEWA19"

Q suka bgt ma DEWA19. Bisa di bilang saya salah satu BALADEWI di antara banya BALADEWA dan BALADEWI sejagat raya. Alasan kenapa saya sangat suka dengan DEWA19 krn dari sisi karya yang begitu fantastik dan fenomnal. Serta smua anggotanya yang bikin melek mata. DEWA19 adalah salah satu band Legendaris di Indonesia. Kehebatan dalam karya-karyanya patut diacungi jempol dan banyak penghargaan. Dan saya akan berikan sedikit tentang bagaimana sejarah terbentuknya band DEWA19 yang digawangi oleh AHMAD DHANI ini... Check This Out

DEWA pertama kali dibentuk pada tahun 1986 oleh empat siswa SMP 6 Surabaya, dengan akronim nama mereka Dhani Ahmad Prasetyo (Keyboard, Vokal), Erwin Prasetya (Bass), Wawan Juniarso (Drum), dan Andra Ramadhan (Gitar); dengan markas di rumah Wawan yang di dalam kompleks Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Warna musik Dewa awalnya lebih pop, namun kemudian Erwin yang penggemar jazz, memperkenalkan musik jazz pada grupnya. DEWA pun berubah haluan ke jazz, sehingga Wawan yang penggemar berat musik rock memutuskan keluar pada tahun 1988 dan bergabung dengan Outsider yang antara lain beranggotakan Ari Lasso.
Yang membedakan Dewa dengan grup Surabaya lainnya ketika itu adalah warna musik yang mereka mainkan. Kalau grup lain gemar membawakan aliran heavy metal milik Judas Priest atau Iron Maiden, Dewa muncul dengan lagu - lagu milik Toto yang lebih ngepop. Hanya semuanya berubah ketika Erwin yang doyan jazz mulai memperkenalkan musik fudion dari Casiopea. Andra dan Dhani yang semula manteng di jalur rock, akhirnya ikutan juga. Format musik Dewa pun perlahan - lahan bergeser, bahkan mereka bukan
cuma memainkan lagu - lagu Casiopea, tapi juga karya dari musisi jazz beken lainnya seperti Chick Corea atau Uzeb. Dhani, Erwin, dan Andra lantas berangan - angan ingin seperti Krakatau atau Karimata, dua kelompok jazz yang lagi kondang saat itu. Ini membuat Wawan murung, penggemar berat musik rock ini merasa warna Dewa sudah keluar jalur. Akhirnya Wawan memutuskan keluar pada tahun 1988 dan bergabung dengan Outsider yang antara lain beranggotakan Ari Lasso. Setahun kemudian menyeberang ke Pythagoras. Posisi Wawan di Dewa lantas digantikan kakak kelasnya, Salman. Nama Dewa pun berubah menjadi Down Beat, diambil dari nama sebuah majalah jazz terbitan Amerika.

Untuk kawasan Jawa Timur dan sekitarnya, nama Down Beat cukup dikenal terutama setelah berhasil merajai panggung festival. Sebut saja Festival Jazz Remaja se-Jawa Timur, juara I Festival band SLTA '90 atau juara II Jarum Super Fiesta Musik. Sementara itu Pythagoras pun berhasil jadi finalis Festival Rock Indonesia yang digelar promotor Log Zhelebor. Tapi bagi keempat cowok yang secara psikologis masih dalam pencarian jati diri itu, jazz ternyata juga hanya sebuah persinggahan. Begitu nama Slank
berkibar impian mereka pun berubah. Wawan Juniarso segera dipanggil kembali untuk menghidupkan Dewa dan Ari Lasso ikut bergabung. Nama Dewa kembali tegak, bedanya kali ini pakai embel - embel 19 semata karena rata - rata usia pemainnya 19 tahun. Seperti halnya Slank, Dewa 19 pun mencampuradukkan beragam musik jadi satu : pop, rock, bahkan jazz, sehingga melahirkan alternatif baru bagi khasanah musik Indonesia saat itu. Teman sekelas Wawan, Harun rupanya tertarik oleh konsep tersebut dan segera mengucurkan dana Rp. 10 juta untuk memodali teman - temannya rekaman. Tapi karena di Surabaya tidak ada studio yang memenuhi syarat, mereka terpaksa ke Jakarta padahal jumlah dana tadi jelas pas - pasan. Walhasil mereka harus ngirit habis - habisan, segala hal dikerjakan sendiri termasuk mengangkat barang dan sebagainya. Tapi disini musikalitas mereka teruji.

Album perdana, 19 rampung cuma 25 shift saja. Termasuk luar biasa buat ukuran musisi daerah yang baru saja menginjak rimba ibukota. Dengan master di tangan, Dhani gentayangan dari satu perusahaan rekaman satu ke perusahaan rekaman lain pakai bus kota, sementara Erwin, Wawan, Andra dan Ari menunggu hasilnya di Surabaya. Sempat ditolak sana - sini, master itu akhirnya dilirik oleh Jan Djuhana dari Team Records, yang pernah sukses melejitkan Kla Project.Di luar dugaan, angka penjualan album 19 meledak di
pasaran, setelah melewati angka 300.000 kopi, pihak BASF mengganjar mereka dengan dua penghargaan sekaligus. Masing - masing untuk kategori Pendatang Baru Terbaik dan Album Terlaris 1993. Dalam pembuatan album Format Masa Depan diwarnai oleh hengkangnya Wawan Juniarso karena tidak adanya kecocokan diantaranya.

Setelah itu dalam pembuatan album berikutnya Dewa menggunakan additional music untuk drummernya yang antara lain : Ronald dan Rere. Setelah album Terbaik - Terbaik selesai, masuklah Wong Aksan menempati posisi drummer. Namun setelah menyelesaikan pembuatan album Pandawa Lima, pada tanggal 04 Juni 1998 Wong Aksan dikeluarkan dari Dewa 19, sebab pukulan dram Aksan dinilai mengarah ke musik jazz dan sebagai gantinya masuklah Bimo Sulaksono (mantan anggota Netral)
karena dirasakan bahwa Dewa 19 akan konsentrasi dijalur musik rock, dan membutuhkan seorang drummer dengan tipikal permainan musik rock. Bimo pun akhirnya hengkang dari grup ini dan bergabung dengan Bebi untuk membentuk grup Romeo.

Ditengah masalah pergantian personil ditubuh Dewa, masih ada masalah lain yang lebih berat yaitu dua orang personil Dewa Ari & Erwin mengalami ketergantungan Narkoba. Hal ini menyebabkan Dewa vakum dalam dunia musik Indonesia. Ari Lasso yang sangat sulit dihubungi sempat menyebabkan Album bintang 5 tertunda. Erwin memutuskan untuk masuk rehabilitasi dan pesantren untuk menghilangkan kebiasaan buruknya itu. Akhirnya setelah melewati waktu yang cukup lama Erwin berhasil sembuh
total dan mulai mempersiapkan diri untuk menyelesaikan Album ke 5, meskipun Erwin hanya sebagai Additional player. Tapi masalah tidak berakhir sampai disitu, karena Ari Lasso semakin sulit dihubungi, akhirnya Dewa memutuskan untuk mencari pengganti Vokalis yang ikut membesarkan nama Dewa itu. Akhirnya Dhani bertemu dengan Elfonda”Once”Mekel dan mengajak untuk bergabung. Karena posisi drummer masih kosong, Dewa juga memutuskan untuk mencari pengganti Bimo. Kebetulan Once mempunyai teman seorang Drummer yaitu Tyo Nugros yang akhirnya resmi menjadi Drummer Dewa.

Setelah cukup lama menyiapkan materi untuk album ke lima yang bertajuk “Bintang Lima” pada tahun 2000 album ini berhasil di release. Ternyata dengan pergantian 2 orang personil di tubuh Dewa tersebut membawa angin segar, dengan meledaknya Album Dewa yang kelima tersebut. Erwin kembali resmi menjadi bassit Dewa. Dan diharapkan ini adalah formasi terakhir Dewa. Berhasilnya Album kelima memacu Dewa untuk segera membuat Album selanjutnya, yaitu Album enam yang diberi judul “Cintailah
Cinta”. Album ini dipersiapkan secara matang dan terkonsep, sehingga dalam kurun waktu yang cukup singkat akhirnya album ini bisa di release awal tahun 2002. Ditengah-tengah release album keenam ini banyak masalah yang muncul. Diawali dengan kasus judul lagu “Arjuna Mencari Cinta” yang dipermasalahkan dan akhirnya Dewa memutuskan untuk mengganti judul tersebut menjadi “Arjuna”. Belum selesai masalah judul lagu Dewa kembali harus kehilangan seorang personilnya. Erwin mundur dari Dewa kabarnya dipicu beberapa hal yang konon tidak bisa ditolerir lagi , yang berhubungan dengan masalah Manajemen. Dewa memutuskan untuk mencari pengganti Erwin dan muncul satu nama yaitu Yuke bassist band The Groove. Yuke diajak bergabung sebagai additional player. Dengan diterpa berbagai masalah yang silih berganti tersebut tidak menyurutkan semangat Dewa untuk tetap eksis. Bahkan semakin membesarkan namanya sebagai Band yang paling berkibar di blantika musik Indonesia.

Itu hanya sedikit saja tentang DEWA19. Masih banyak lagi tentang Band satu ini yang masih belum bisa saya tuliskan di sini.
Semoga DEWA19 tetap berjaya di blantika music indonesia
Salam BALADEWA BALADEWI sejagat raya!!!


Selasa, 28 September 2010

Sedikit Tentang fiLm "PINTU TERLARANG"

Pintu Terlarang (Forbidden Door) merupakan film horor/cerita getaran Indonesia yang dirilis pada tahun 2009. Film ini dibintangi antara lain oleh Fachri Albar, Marsha Timothy, Ario Bayu, Otto Djauhari, Tio Pakusadewo, dan Henidar Amroe. Cerita film ini diadapasi dari novel berjudul Pintu Terlarang, karangan Sekar Ayu Asmara. Sekalipun di Indonesia dianggap kurang sukses, namun film ini ditanggapi positif di dunia Internasional saat perilisannya di banyak festival..

Pematung yang berada dalam puncak karirnya dalam pengeksploitasian temanya yaitu wanita hamil, Gambir (Fachri Albar) sepertinya mempunyai kehidupan yang sempurna. Selain kesuksesan, ia mempunyai seorang istri bernama Talyda (Marsha Timothy); sang ibunda yang pengertian (Henidar Amroe); kawan-kawan dekatnya Rio (Otto Djauhari) dan Dandung (Ario Bayu); serta pemilik galeri yang sudah dianggap seperti ayahnya sendiri oleh Gambir, Koh Jimmy (Tio Pakusadewo).
Dalam kesuksesannya, tersembunyi kisah mengerikan didalamnya. Pertama kali Talyda menggugurkan kandungannya, dulu yang mana Gambir masih menjadi pematung biasa diberikan inspirasi, motivasi, dan sedikit paksaan oleh Talyda untuk memasukkan janin miliknya kedalam perut sebuah patung hamil. Sejak saat itu hingga menikah, Talyda membuat perjanjian kepada pemilik Klinik Aborsi untuk memberikan janin yang sudah dikeluarkan dan disimpan klinik, kemudian diambil oleh Gambir yang nantinya akan memasukkan janin itu ke dalam perut patung hamil, menurutnya, itulah sebabnya kenapa patung-patungnya bisa terlihat hidup, karena ada sesuatu yang seharusnya hidup di dalamnya. Kendati Gambir sebenarnya tidak mau, ia akhirnya mau karena paksaan Talyda yang mengetahui bakal kesuksesan Gambir sudah ada. Dari beberapa adegan, mulai terasalah atmosfer sebenarnya antara orang-orang kepada Gambir. Seperti saat Koh Jimmy memaksa Gambir untuk membuat pameran patung hamil lagi dengan mengancam akan memeberitahu isi patung sebenarnya yang dulu pernah dilihat Koh Jimmy pada patung pertama Gambir.
Kemudian diantara kehidupan Gambir yang kini mempersiapkan pamerannya lagi, Gambir mulai menemui sebuah tulisan berbunyi, "tolong saya" yang banyak ia temui disekitarnya. Hal ini membuatnya frustasi dan lama kelamaan tumbuh sesuatu yang aneh. Saat sedang berada di studio Gambir menemukan sebuah pintu dibalik lemari yang dilarang untuk dibuka oleh Talyda. Talyda menyatakan bahwa apabila pintu itu terbuka maka perasaannya menjadi hancur dan akan membuat semua hal diantara mereka menjadi musnah. Setelah di jalan mendapat tulisan yang sama, Gambir melihat tulisan "Herosase" dibawah tulisan "tolong saya" dan disinilah ia sekarang, di gedung Herosase tanpa mengetahui apa tujuan atau fungsi gedung itu dibangun. Seorang resepsionis gedung itu (Atiqah Hasiholan) memberitahunya bahwa selain anggota dilarang masuk. Setelah menunggu di luar, ia bertemu Dandung disana dan Dandungpun mengajak Gambir untuk menjadi anggota Herosase.
Ibu Mona, sang manajer Herosase menjelaskan keterangan untuk menjadi anggota dengan satu syarat, tidak boleh ada pertanyaan. Herosase dikatakan didatangi untuk mencari jawaban tanpa pertanyaan. Maka, Gambir mendapat sebuah kamar dengan pilihan channel, terungkaplah bahwa Herosase adalah tempat untuk mengetahui gerak-gerik penghuni rumah-rumah dengan memasang kamera ilegal di setiap sudut rumah-rumah tersebut. Dari sanalah ia mengetahui seorang anak kecil yang dianiaya orang tuanya, yang hadir saat beberapa hari yang lalu Gambir lihat, maka Gambirpun berusaha menolongnya dengan menonton aktivitasnya. Setelah diberitahu Dandung mengenai kematian anak kecil itu, Gambir menjadi gamang dan melalui pameran patung hamilnya yang kedua dengan tidak bahagia.
Setelah mendengar rumor di pameran secara sembunyi-sembunyi, Gambir tahu kalau anak kecil itu mungkin masih hidup. Ia segera pergi ke Herosase dan mencari tayangan anak kecil itu. Saat ketemu, Gambir melihat sang anak kecil mengambil pisau di dapur dan menggorok leher kedua orang tuanya, lalu menggorok lehernya sendiri. Gambir yang shock melihat ke menu channel dan menemukan nama Talyda Sasongko tertera disana. Gambir melihatnya dan menemukan fakta dibalik fakta yang ia tahu. Ternyata sang ibunda menyuruh Talyda untuk berhubungan seks dengan teman-teman Gambir, yakni Rio dan Dandung untuk mendapatkan anak setelah tahu bahwa Talyda ternyata tidak ingin punya anak dari Gambir. Talyda juga telah merayu Koh Jimmy untuk berakting saat meyakinkan Gambir yang dulu tidak ingin membuat patung perempuan hamil lagi.
Gambirpun menyiapkan pembalasan dengan modus dalih mengundang semua orang terdekatnya di acara makan malam menyambut Hari Natal. Saat makan malam, Gambir memasukkan sebuah racun kedalam wine yang dihidangkan bersama makanan. Racun yang bernama Devilish Pit itu membuat orang yang meminumnya lumpuh selama sepuluh menit dan hanya bisa melihat dan mendengar saja. Mulailah Gambir mengeksekusi Koh Jimmy, Rio dan Dandung dengan cara digorok lehernya. Lalu ia membenamkan muka ibunya kedalam mangkuk besar berisi sup dan untuk Talyda, Gambir menembak kepalanya. Sebelum meninggal Talyda yang pengaruh racunnya mulai hilang mengatakan mengenai pintu terlarang itu. Gambir kembali mempertanyakan pintu itu dan mendobraknya masuk. Tanpa disadarinya, latar studio dibaliknya telah berganti lorong gelap.
Gambirpun melihat seisi ruangan itu yang ternyata adalah rumah si anak kecil yang dianiaya itu. Ia melihat mayat sang ibu yang wajahnya sama dengan ibu Gambir, saat itulah Gambir sadar bahwa dunia "Gambir dan Talyda" adalah imajinasi belaka. Gambir kembali ke tempatnya yang sebenarnya, sebuah bangsal di rumah sakit jiwa. Anak kecil yang selama ini dilihatnya adalah kepingan dari masa kecil Gambir dan sebelum ia menggorok lehernya sendiri dulu, polisi datang ke rumahnya. Gambir yang hidup dalam kesendirian menjadi frustasi dan menjadi orang yang lebih baik di dunia miliknya sendiri, kabur dari dunia realita yang kejam. Hasil pikirannya menjadi pematung adalah berkat jasa seorang wartawati bernama Ranti yang memberikan buku dan majalah sebagai media imajinasi Gambir. Gambir menghadiahi Ranti sebuah posisi dalam imajinasinya, yakni sebagai Talyda. Dandung, Rio, Koh Jimmy, dan tokoh lain adalah pengurus rumah sakit jiwa tersebut, dan digunakan sebagai tokoh dalam imajinasi Gambir. Di akhir film, Gambir kembali berimajinasi sebagai seorang pendeta yang menangani sebuah gereja.
Setelah kredit selesai berjalan, Ranti menelepon temannya di kantor dan pergi dari rumah sakit jiwa yang mengurung Gambir, nama rumah sakit jiwa itu adalah Herosase.